Tuesday, November 11, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
20 Mei 1983, hari Jumat, seorang ibu tertatih-tatih berjalan menembus malam dan dinginnya udara. Jam, 11 malam, ia merasakan jabang bayi yang ada di perutnya mulai melonjak-lonjak kegirangan bagaikan kijang yang sedang jatuh hati pada sang bintang.
Tersadar, bahwa ia tak mampu lagi membawa. Cukup sudah Sembilan bulan sepuluh hari baginya untuk bercengkerama bersama dinaungi ketuban. Saatnya dia muncul dan menunjukkan pada dunia bahwa dia bisa mewujudkan mimpi-mimpinya bersama sang bunda.
Tak terasa, ia sudah mencapai pintu gerbang rumah sakit Elisabeth. “Sudah terasa”, katanya kepada satpam penjaga. Maka, dibawanya ia ke ruang Maria. Dibelainya perut besar yang berisi anak pertamanya. “Ingin mati, aku rasanya”, katanya. Ia mengeluh. Ia kesakitan. Ada benih di dalam rahimnya, buah perbuatan suaminya di malam pertama.
“Sudah terasa”. Tapi tak kunjung tiba saat-saat kelahiran yang sudah dinantikan. Suster perawat, dokter specialis kandungan, sudah menanganinya beberapakali dengan berbagai cara. Tapi anak itu tetap nyaman di dalam rahim. Mungin sedang mempersiapkan diri melihat dunia. Atau dia enggan untuk bergegas bertemu dengan lain manusia.
Sabtu, jam 10 pagi, dokter memutuskan untuk bedah sesar. Sang ibu bersedia dan menjalani tahap pra-operasi. Namun, sesegera tiba seorang perempuan berkerudung putih, memohon supaya operasi dibatalkan. Ia datang berselisih pandang menolak diadakannya operasi. Sang jabang bayi diam tak mendengar pembicaraan. Maka, dokter bertindak lain, memutuskan untuk melatih kontraksi pada si ibu. Satu…….dua…….tiga…...tarik nafas…….lepaskan! Ini dilakukannya berkali-kali hingga saat jam 14.00, siang itu yang jabang bayi memutuskan untuk menatap dunia setelah berangan-angan akan menjadi manusia macam apa kelak.
Ia ingin menjadi sastrawan. Atau seorang rohaniwan yang menakhlukan dunia dengan khotbah-khotbahnya di gereja-gereja dan menasehati banyak orang dengan pemikiran teologi atau pun filsafat, sehingga orang-orang tercengang-cengan mendengarnya.
21 Mei 1983, Sabtu Pahing, jam 14.00, ia dilahirkan sebagai penghuni dunia. Ia bernama Hilda. Konon nama ini diadopsi dari seorang model yang berpose di sebuah majalah fashion. HILDA…...bukan seperti banyak orang mengira sebagai seorang perempuan tetapi lelaki normal yang menjalani kehidupannya hingga kini di usianya 25 tahun.
80 th Soempah Pemoeda
Jakarta, 28 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment